Rabu, 05 September 2012

Yang Tak Tergantikan


“Don’t wanna be lonely, .
I wanna just fall in love.
Geudael saranghae,.
So want you come into my heart ? .. “

Aku masih termenung saat “That Man Opposed” milik Dalmatian berdering dari handphone ku.
Entah berapa kali, aku tak tau, tapi yang pasti aku tak ingin mengangkatnya sama sekali.
Ya, mood ku agak kurang baik saat ini. Apa karna aku tak enak badan atau karna masalahku dengan Kevin. Seperti yang kalian fikirkan, memang benar Kevin adalah pacarku, pacarku sejak 2 tahun yang lalu.

“Cleo.?” Mama memanggilku dari balik pintu kamar, tapi tak kuhiraukan.
“Cley, saatnya makan malam sayang, cepat turun ya, semua sudah menunggu dibawah” ujar mama lagi.
“Baik ma.” Kali ini aku terpaksa merespon panggilan mama, yaa. . itu karena aku tak mau menjadi
sangat egois termasuk kepada mama hanya karena masalahku dengan Kevin, aku sangat menyayangi
mama, tak tahu apakah aku lebih sayang kepada mama atau Kevin, tapi yang pasti aku tak mau masalah
ini mempengaruhi sikap dan jalan pemikiranku.

Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamarku untuk turun keruang makan dan makan malam bersama keluargaku tanpa memeriksa handphone ku terlebih dahulu.
“Cley, kamu tidak apa-apa kan sayang ? Sepertinya kamu sedang ada masalah.” Sahut mama.
“Tidak ma, cleo Cuma lagi engga enak badan.” Jawabku sambil mencoba untuk tetap tersenyum
semanis mungkin. Aku pun melanjutkan makan.
“Cley, apakah kamu sedang ada masalah dengan Kevin ?” Tanya papa.
Ah. . !
Aku hampir tercekik saat mendengar pertanyaan papa.
“Seperti yang Cleo bilang pa, Cley Cuma lagi ga enak badan.” Mencoba untuk tenang dan kembali makan.

Selesai makan aku memutuskan untuk kembali kekamarku. Penasaran dengan apa saja yang sudah kulewatkan selama entah berapa menit yang lalu, aku mengambil handphone ku dan duduk dipinggiran tempat tidurku.
35 panggilan tak terjawab.
Sejauh mata memandang semua panggilan itu adalah dari Kevin.
5 pesan baru, lagi-lagi dari Kevin.

“Cleo, tolong angkat telfon ku, aku ingin bicara”

“Cleo., aku mohon, beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya.”

“Cleo, ini semua hanya salah paham, ini tak seperti yang kau fikirkan.”

“Cleo, aku sangat menyayangimu, aku tak mau kehilanganmu, aku akan menjelaskan semuanya. Jadi tolong angkat telfonku.”

“Baiklah, kalau kau memang tak mau mengangkat telfon atau membalas smsku, aku akan datang kerumahmu sekarang juga.”

“Astaga”
“Dia akan kemari .?
“bagaimana aku harus mengelak darinya ?”
“Aku tak mau hanya karena emosiku ini, masalahnya menjadi semakin rumit” benakku.

Aku mencoba membalas sms dari Kevin, perlahan ku ketik keypad hp ku.
“Kevin, maaf aku baru membalas sms mu.
Aku juga menyayangimu, dan lebih baik kita selesaikan saja masalah ini, tapi aku mohon kau jangan datang. . .”

“Non Cleo. .” sahut bibik dari balik pintu.
Belum selesai aku mengetik pesanku, bibik memanggil dari balik pintu.
“Non, ada den Kevin dibawah, katanya mau ketemu sama non Cleo.” Sambung bibik.
Oh my, aku terlambat.
“Iya bik, tunggu sebentar” ucapku sambil merapihkan rambutku yang sedikit berantakan.
Aku pun bergegas membuka pintu kamarku.
“Dimana Kevin bik.?” Tanyaku.
“Ada dibawah non, mau bibik anter ?”
“Ah, engga, ga usah bik, Cley sendiri aja.”
“Yauhdah non, bibik balik ke dapur ya.”
“Ya bik.”

Perlahan aku berjalan menuruni anak tangga menuju keruang tamu.
“Cley sayang” sahut Kevin dengan wajah cemas.
Aku tak menyahutinya, hanya mencoba untuk tersenyum.
Lantas dia langsung menggenggam tanganku.
“Cley” panggil Kevin.
“Maafkan aku,” dia melanjutkan pembicaraannya.
“Aku tahu aku salah sayang, aku juga tak bisa mengerti dirimu. Aku mohon maafkan aku Cley.”

Aku tak bisa bicara apa-apa, aku juga tak berani menatapnya, aku hanya menatap kearah lain dengan tatapan kosongku.

“Cley, tolong jawab aku” lanjut Kevin.
Aku masih tetap diam mematung tanpa mengeluarkan sepatah katapun, hanya air mata yang tiba-tiba mengalir deras membasahi pipiku.
“Cley, kau menangis?” Tanya Kevin.
Aku mencoba menghapus air mataku, tapi Kevin langsung memelukku.
“Cley, aku benar-benar minta maaf, aku tak bermaksud membuatmu menangis sayang.” Ujar Kevin dengan terisak-isak.
Aku fikir Kevin juga ikut menangis.
Sesaat ruang tamu menjadi hening sampai akhirnya suaraku memecah keheningan ditengah dinginnya suasana.

“Kau sama sekali tidak salah Kev sayang, hanya saja aku yang tak bisa mengerti bagaimana keadaanmu saat ini.” Ujarku sembari melepaskan pelukan Kevin dan berusaha memberikan senyuman terbaikku untuknya.
“Kau tak salah sayang,” sahut Kevin.
“Sekarang keadaan sudah membaik, mungkin sekarang saatnya aku untuk pulang, aku takut mama khawatir sayang.” Lanjutnya.
“Baiklah, hati-hati dijalan Kev,” ucapku sambil tersenyum.

10 menit setelah kepulangan Kevin dari rumahku, handphone ku kembali berdering, dari Kevin, aku langsung mengangkatnya.

“Halo,” sahutku
“Cleo” terdengar suara perempuan dari ujung sana,
“Tante,? Ada apa.?”
“Kevin Cley,. Kevin.” Ucapnya dengan terisak.
“Kevin kenapa tante ?” Jawabku dengan bingung.
“Kevin kecelakaan sayang”
“Apa,? Kevin  kecelakaan? Tante, bentar lagi Cleo kesana.”
Tanpa pamit pada tante aku langsung menutup telfonnya.

Aku bergegas mengambil jaket dan kunci mobilku.
“Ma, pa, Cley pergi dulu.” Teriakku.
“Mau kemana Cley,.? Tanya mama bingung.
“Nanti Cleo jelasin ma.”

Aku langsung mengendarai mobilku secepat mungkin.
Setibanya dirumah sakit aku melihat tante duduk dikursi tunggu sambil menangis.
“Tante,” sahutku.
“Cley,?” tante berdiri dan memelukku.
“Cley, tante takut Kevin kenapa-kenapa.” Sambungnya.

Tak lama dokter keluar dari kamar dimana Kevin dirawat.
“Bagaimana dok.?” Tanyaku cemas.
“Maaf , kami sudah berusaha.” Kemudian dokter itu pergi meninggalkan aku dan tante yang mematung mendengar perkataannya tadi.

Aku berlari menuju kamar Kevin dan meninggalkan tante yang masih mematung disana.
Aku memandangi Kevin ku yang telah tak bernyawa.
“Kev, kau jahat.” Sahutku terisak.
“Kenapa kau meninggalkanku begitu saja.? Bukankah kau bilang kau tak mau kehilanganku.? Tapi kenapa sekarang kau yang meninggalkanku.?”
Perlahan aku terduduk di lantai dekat tempat tidur Kevinku yang telah terbujur kaku. Ya, aku menangis, dan perasaanku saat ini benar-benar hancur.

Aku mencoba untuk berdiri, dan aku berlari untuk keluar dari tempat itu walaupun aku masih merasakan kalau lututku sedikit bergetar. Aku terjatuh ke lantai beberapa kali, tapi aku kembali bangkit dan terus berlari, air mataku mengalir dengan derasnya. Aku masuk kedalam mobilku, mengendarainya dengan kecepatan yang tak normal sampai akhirnya aku melihat mobil truk besar dihadapanku, tanganku reflex membanting stir kearah kiri, menabrak pohon, dan aku tak tahu lagi apa yang terjadi, kufikir aku sudah mati.

“Cley” sahut seorang laki-laki yang aku sendiri tak tau namanya.
“Kau sudah sadar.?” Lanjutnya.
“Siapa kau.? Kenapa kau tau namaku.? Dan,. Dimana aku sekarang.?”
“Aku Steven, aku menemukan mobilmu menabrak pohon, kemudian aku membawamu ke rumah sakit ini.” Jawabnya.
“Dan, bagaimana kau tau namaku,.?” Tanyaku lagi.
“Aku melihatnya dari tanda pengenalmu.”
“Oh.” Jawabku singkat.

Aku sempat terkejut saat pertama melihatnya, kufikir aku ada disurga bersama Kevin, ternyata tidak, dia itu steven. Yaa. . wajahnya sangat mirip dengan Kevin, bahkan sifat, penampilan dan cara bicaranya.

“Cley..” mama masuk ke dalam kamar dimana aku dirawat.
“ma, .” sahutku lirih.
:Kau tidak apa-apa sayang.?” Mama memelukku.
“Cley baik-baik saja ma.” Aku mencoba membuat mama tenang.

“Nak steven, makasih ya, udah mau nolongin anak tante.”
“Engga apa-apa kok tante, sesama makhluk hidup harus saling tolong-menolong kan.?” Ujarnya setengah bercanda.
Mama hanya tersenyum mendengar ucapannya.

“Ma, Cleo mau pulang.”
“Tapi keadaanmu belum membaik Cley.” Jawab steven sembari memotong pembicaraanku dengan mama.
“Ma, Cleo ga betah disini.” Sambungku setengah merengek.
“Iya, kita pulang Cley sayang.” Jawab mama.

Setelah aku pulang ke rumah, aku menjalani hari-hari seperti biasa walau sedikit berbeda. Dengan ketidak adaannya Kevin disisiku benar-benar membuatku kehilangan semua tenagaku. Aku terus menangis ketika malam. Aku merindukan Kevin. Andai dia ada disini saat ini, mungkin aku tak akan seperti ini. Semua ini salahku, andai aku mengangkat telfon dari Kevin malam itu, mungkin itu akan mencegah Kevin datang kerumahku dan mencegah kecelakaan itu juga. Aku tak henti-hentinya menyalahkan diriku sendiri. Pernah aku mencoba membunuh diriku sendiri, tapi aku urungkan niatku itu, aku tak mau mama merasakan apa yang aku rasakan saat aku kehilangan Kevin.



Aku hanya berbaring ditempat tidurku saat itu.
Handphone ku berdering.
Aku mencoba mengangkatnya, tapi nomor itu tak terdata di handphone ku.

“Halo.?” Ucapku
“Dengan Cleo.?”
“Iya, aku Cleo. Kamu siapa ya.?”
“Cley, ini aku Steven.”
“Darimana kau mendapatkan nomor handphone ku.?”
“Maaf sebelumnya, aku mencatatnya dari handphone mu.”
“It’s Okey, ada apa kau menelfon ku Stev.?”
“Aku ingin mengajakmu makan malam diluar, apakah kau bisa.?”
“Malam ini.?”
“Ya, right.”
“Okey, dimana.?” Tanyaku.
“Cou de’etat Resto”
“Baiklah, aku kesana.” Kata ku mengakhiri pembicaraan lalu menutup telfon begitu saja.

Entah mengapa, tapi menurutku malam ini aku benar-benar berdandan secaktik mungkin.

“Cley,” mama mengetuk pintu kamarku dan masuk.
“Mau kemana sayang.?” Tanya mama.
“Mama masih inget Steven.?”
“Masih, yang dirumah sakit itu kan cley.?”
“Iya ma, tadi Steven telfon cleo, terus ngajak makan malam bareng ma.” Jawabku sambil terus melihat diriku di cermin.
“Baiklah, tapi jangan pulang lama-lama ya cley.” Ujar mama
“Sip mama sayang.” Sahutku sembari mencium pipi mama.

Sesampainya ditempat yang kami janjikan,
“Ada apa ini.? Dimana semua orang ? Kenapa sepi sekali ?” tanyaku pada Steven.
“I don’t know” jawabnya singkat.
“duduklah.” Lanjutnya.
Aku pun duduk.
Ya, aku tau, ini ‘Candlelight Dinner’ yang dibuat Steven untukku.
Tapi apa maksudnya, aku masih tak mengerti.

“Cley,” sahut Steven membuka pembicaraannya.
“Mungkin kau bertanya-tanya apa maksud dari semua ini, restoran kosong, hanya kita berdua, dan‘candlelight dinner’ ini. Kau benar-benar terlihat cantik malam ini.
“to the point.” Ucapku memotong pembicaraannya.
“Aku menyukaimu. Apakah kau mau menjadi pacarku.?” Tanyanya tanpa ragu.
“Ya,” ucapku spontan.

“Hah,. Apa-apaan aku ini.” Benakku.
“Thank’s Cley.” Ucapnya sambil memelukku.

Aku melepaskan pelukkannya dan berdiri dari tempat dudukku.
“Stev, aku harus pulang, aku takut mama khawatir”
Aku tak memperdulikan Steven yang masih berdiri disana yang kulakukan hanyalah pergi meninggalkannya saat itu juga.

Hari-hari ku lewati dengan Steven di sisiku. Tapi ada hal yang mengganjal fikiranku, ya, Kevin. Aku masih belum bisa melupakannya.

Hari ini aku akan menemui Steven, aku memasakkan beberapa makanan kesukaannya dan merekam suaraku untuk memperdengarkan perasaanku padanya, karna mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhirku dengannya sebelum akhirnya aku kembali ke Indonesia lagi. Ya, aku akan pergi ke Kanada besok, aku ingin tinggal disana untuk beberapa waktu.

Aku lebih memilih untuk berjalan kaki. Lagipula jarak rumah kami tak terlalu jauh. Saat diperjalanan aku terkejut dengan apa yang aku lihat.
Right, Steven bersama wanita lain. Aku hanya menjatuhkan semua bawaanku dan berlari pulang.
Aku mengunci diri dikamar dan menangis.

Disaat yang bersamaan namun di tempat yang berbeda, Steven memeriksa bawaanku dan menghidupkan rekamanku. Ya, dia mendengarkannya.

“Hey, Steven.
I just wanted to say,.
Thank’s for showing me around.
I really had a great time.
And I wish I didn’t have to leave.
But. . I wont forget about you.”

Steven mencoba menemuiku dirumah, itu yang aku tau dari mama. Tapi Steven terlambat, aku telah memutuskan untuk pergi ke Kanada hari itu juga.
Aku ingin melupakannya dan semua kenangan yang mungkin sampai saat ini aku masih mengingatnya.

Mungkin bukan Steven. .
Seseorang yang menurutku jelmaan dari Kevin ku.
Tapi aku yakin. .
Masih ada Kevin lain diluar sana yang menungguku.