“Don’t wanna be lonely, .
I wanna just fall in love.
Geudael saranghae,.
So want you come into my heart ? ..
“
Aku masih termenung saat “That Man
Opposed” milik Dalmatian berdering dari handphone ku.
Entah berapa kali, aku tak tau, tapi
yang pasti aku tak ingin mengangkatnya sama sekali.
Ya, mood ku agak kurang baik saat
ini. Apa karna aku tak enak badan atau karna masalahku dengan Kevin. Seperti yang kalian fikirkan,
memang benar Kevin adalah pacarku, pacarku sejak 2 tahun yang lalu.
“Cleo.?” Mama memanggilku dari balik
pintu kamar, tapi tak kuhiraukan.
“Cley, saatnya makan malam sayang,
cepat turun ya, semua sudah menunggu dibawah” ujar mama lagi.
“Baik ma.” Kali ini aku terpaksa
merespon panggilan mama, yaa. . itu karena aku tak mau menjadi
sangat egois termasuk kepada mama
hanya karena masalahku dengan Kevin, aku sangat menyayangi
mama, tak tahu apakah aku lebih
sayang kepada mama atau Kevin, tapi yang pasti aku tak mau masalah
ini mempengaruhi sikap dan jalan
pemikiranku.
Aku langsung bangkit dari tempat
tidur dan keluar dari kamarku untuk turun keruang makan dan makan malam bersama keluargaku tanpa
memeriksa handphone ku terlebih dahulu.
“Cley, kamu tidak apa-apa kan sayang
? Sepertinya kamu sedang ada masalah.” Sahut mama.
“Tidak ma, cleo Cuma lagi engga enak
badan.” Jawabku sambil mencoba untuk tetap tersenyum
semanis mungkin. Aku pun melanjutkan
makan.
“Cley, apakah kamu sedang ada
masalah dengan Kevin ?” Tanya papa.
Ah. . !
Aku hampir tercekik saat mendengar
pertanyaan papa.
“Seperti yang Cleo bilang pa, Cley
Cuma lagi ga enak badan.” Mencoba untuk tenang dan kembali makan.
Selesai makan aku memutuskan untuk
kembali kekamarku. Penasaran dengan apa saja yang sudah kulewatkan selama entah
berapa menit yang lalu, aku mengambil handphone ku dan duduk dipinggiran tempat
tidurku.
35 panggilan tak terjawab.
Sejauh mata memandang semua
panggilan itu adalah dari Kevin.
5 pesan baru, lagi-lagi dari Kevin.
“Cleo, tolong angkat telfon ku, aku
ingin bicara”
“Cleo., aku mohon, beri aku
kesempatan untuk menjelaskan semuanya.”
“Cleo, ini semua hanya salah paham,
ini tak seperti yang kau fikirkan.”
“Cleo, aku sangat menyayangimu, aku
tak mau kehilanganmu, aku akan menjelaskan semuanya. Jadi tolong angkat
telfonku.”
“Baiklah, kalau kau memang tak mau
mengangkat telfon atau membalas smsku, aku akan datang kerumahmu sekarang
juga.”
“Astaga”
“Dia akan kemari .?
“bagaimana aku harus mengelak
darinya ?”
“Aku tak mau hanya karena emosiku
ini, masalahnya menjadi semakin rumit” benakku.
Aku mencoba membalas sms dari Kevin,
perlahan ku ketik keypad hp ku.
“Kevin, maaf aku baru membalas sms
mu.
Aku juga menyayangimu, dan lebih
baik kita selesaikan saja masalah ini, tapi aku mohon kau jangan datang. . .”
“Non Cleo. .” sahut bibik dari balik
pintu.
Belum selesai aku mengetik pesanku,
bibik memanggil dari balik pintu.
“Non, ada den Kevin dibawah, katanya
mau ketemu sama non Cleo.” Sambung bibik.
Oh my, aku terlambat.
“Iya bik, tunggu sebentar” ucapku sambil
merapihkan rambutku yang sedikit berantakan.
Aku pun bergegas membuka pintu
kamarku.
“Dimana Kevin bik.?” Tanyaku.
“Ada dibawah non, mau bibik anter ?”
“Ah, engga, ga usah bik, Cley
sendiri aja.”
“Yauhdah non, bibik balik ke dapur
ya.”
“Ya bik.”
Perlahan aku berjalan menuruni anak
tangga menuju keruang tamu.
“Cley sayang” sahut Kevin dengan
wajah cemas.
Aku tak menyahutinya, hanya mencoba
untuk tersenyum.
Lantas dia langsung menggenggam
tanganku.
“Cley” panggil Kevin.
“Maafkan aku,” dia melanjutkan
pembicaraannya.
“Aku tahu aku salah sayang, aku juga
tak bisa mengerti dirimu. Aku mohon maafkan aku Cley.”
Aku tak bisa bicara apa-apa, aku
juga tak berani menatapnya, aku hanya menatap kearah lain dengan tatapan
kosongku.
“Cley, tolong jawab aku” lanjut
Kevin.
Aku masih tetap diam mematung tanpa
mengeluarkan sepatah katapun, hanya air mata yang tiba-tiba mengalir deras
membasahi pipiku.
“Cley, kau menangis?” Tanya Kevin.
Aku mencoba menghapus air mataku,
tapi Kevin langsung memelukku.
“Cley, aku benar-benar minta maaf,
aku tak bermaksud membuatmu menangis sayang.” Ujar Kevin dengan terisak-isak.
Aku fikir Kevin juga ikut menangis.
Sesaat ruang tamu menjadi hening
sampai akhirnya suaraku memecah keheningan ditengah dinginnya suasana.
“Kau sama sekali tidak salah Kev
sayang, hanya saja aku yang tak bisa mengerti bagaimana keadaanmu saat ini.”
Ujarku sembari melepaskan pelukan Kevin dan berusaha memberikan senyuman
terbaikku untuknya.
“Kau tak salah sayang,” sahut Kevin.
“Sekarang keadaan sudah membaik,
mungkin sekarang saatnya aku untuk pulang, aku takut mama khawatir sayang.”
Lanjutnya.
“Baiklah, hati-hati dijalan Kev,”
ucapku sambil tersenyum.
10 menit setelah kepulangan Kevin
dari rumahku, handphone ku kembali berdering, dari Kevin, aku langsung
mengangkatnya.
“Halo,” sahutku
“Cleo” terdengar suara perempuan
dari ujung sana,
“Tante,? Ada apa.?”
“Kevin Cley,. Kevin.” Ucapnya dengan
terisak.
“Kevin kenapa tante ?” Jawabku
dengan bingung.
“Kevin kecelakaan sayang”
“Apa,? Kevin kecelakaan?
Tante, bentar lagi Cleo kesana.”
Tanpa pamit pada tante aku langsung
menutup telfonnya.
Aku bergegas mengambil jaket dan
kunci mobilku.
“Ma, pa, Cley pergi dulu.” Teriakku.
“Mau kemana Cley,.? Tanya mama
bingung.
“Nanti Cleo jelasin ma.”
Aku langsung mengendarai mobilku
secepat mungkin.
Setibanya dirumah sakit aku melihat
tante duduk dikursi tunggu sambil menangis.
“Tante,” sahutku.
“Cley,?” tante berdiri dan
memelukku.
“Cley, tante takut Kevin
kenapa-kenapa.” Sambungnya.
Tak lama dokter keluar dari kamar
dimana Kevin dirawat.
“Bagaimana dok.?” Tanyaku cemas.
“Maaf , kami sudah berusaha.”
Kemudian dokter itu pergi meninggalkan aku dan tante yang mematung mendengar
perkataannya tadi.
Aku berlari menuju kamar Kevin dan
meninggalkan tante yang masih mematung disana.
Aku memandangi Kevin ku yang telah
tak bernyawa.
“Kev, kau jahat.” Sahutku terisak.
“Kenapa kau meninggalkanku begitu
saja.? Bukankah kau bilang kau tak mau kehilanganku.? Tapi kenapa sekarang kau
yang meninggalkanku.?”
Perlahan aku terduduk di lantai
dekat tempat tidur Kevinku yang telah terbujur kaku. Ya, aku menangis, dan perasaanku
saat ini benar-benar hancur.
Aku mencoba untuk berdiri, dan aku
berlari untuk keluar dari tempat itu walaupun aku masih merasakan kalau lututku
sedikit bergetar. Aku terjatuh ke lantai beberapa kali, tapi aku kembali
bangkit dan terus berlari, air mataku mengalir dengan derasnya. Aku masuk
kedalam mobilku, mengendarainya dengan kecepatan yang tak normal sampai
akhirnya aku melihat mobil truk besar dihadapanku, tanganku reflex membanting
stir kearah kiri, menabrak pohon, dan aku tak tahu lagi apa yang terjadi,
kufikir aku sudah mati.
“Cley” sahut seorang laki-laki yang
aku sendiri tak tau namanya.
“Kau sudah sadar.?” Lanjutnya.
“Siapa kau.? Kenapa kau tau namaku.?
Dan,. Dimana aku sekarang.?”
“Aku Steven, aku menemukan mobilmu
menabrak pohon, kemudian aku membawamu ke rumah sakit ini.” Jawabnya.
“Dan, bagaimana kau tau namaku,.?”
Tanyaku lagi.
“Aku melihatnya dari tanda
pengenalmu.”
“Oh.” Jawabku singkat.
Aku sempat terkejut saat pertama
melihatnya, kufikir aku ada disurga bersama Kevin, ternyata tidak, dia itu
steven. Yaa. . wajahnya sangat mirip dengan Kevin, bahkan sifat, penampilan dan
cara bicaranya.
“Cley..” mama masuk ke dalam kamar
dimana aku dirawat.
“ma, .” sahutku lirih.
:Kau tidak apa-apa sayang.?” Mama
memelukku.
“Cley baik-baik saja ma.” Aku
mencoba membuat mama tenang.
“Nak steven, makasih ya, udah mau
nolongin anak tante.”
“Engga apa-apa kok tante, sesama
makhluk hidup harus saling tolong-menolong kan.?” Ujarnya setengah bercanda.
Mama hanya tersenyum mendengar
ucapannya.
“Ma, Cleo mau pulang.”
“Tapi keadaanmu belum membaik Cley.”
Jawab steven sembari memotong pembicaraanku dengan mama.
“Ma, Cleo ga betah disini.”
Sambungku setengah merengek.
“Iya, kita pulang Cley sayang.”
Jawab mama.
Setelah aku pulang ke rumah, aku
menjalani hari-hari seperti biasa walau sedikit berbeda. Dengan ketidak
adaannya Kevin disisiku benar-benar membuatku kehilangan semua tenagaku. Aku
terus menangis ketika malam. Aku merindukan Kevin. Andai dia ada disini saat
ini, mungkin aku tak akan seperti ini. Semua ini salahku, andai aku mengangkat
telfon dari Kevin malam itu, mungkin itu akan mencegah Kevin datang kerumahku
dan mencegah kecelakaan itu juga. Aku tak henti-hentinya menyalahkan diriku
sendiri. Pernah aku mencoba membunuh diriku sendiri, tapi aku urungkan niatku
itu, aku tak mau mama merasakan apa yang aku rasakan saat aku kehilangan Kevin.
Aku hanya berbaring ditempat tidurku
saat itu.
Handphone ku berdering.
Aku mencoba mengangkatnya, tapi
nomor itu tak terdata di handphone ku.
“Halo.?” Ucapku
“Dengan Cleo.?”
“Iya, aku Cleo. Kamu siapa ya.?”
“Cley, ini aku Steven.”
“Darimana kau mendapatkan nomor
handphone ku.?”
“Maaf sebelumnya, aku mencatatnya
dari handphone mu.”
“It’s Okey, ada apa kau menelfon ku
Stev.?”
“Aku ingin mengajakmu makan malam
diluar, apakah kau bisa.?”
“Malam ini.?”
“Ya, right.”
“Okey, dimana.?” Tanyaku.
“Cou de’etat Resto”
“Baiklah, aku kesana.” Kata ku
mengakhiri pembicaraan lalu menutup telfon begitu saja.
Entah mengapa, tapi menurutku malam ini
aku benar-benar berdandan secaktik mungkin.
“Cley,” mama mengetuk pintu kamarku
dan masuk.
“Mau kemana sayang.?” Tanya mama.
“Mama masih inget Steven.?”
“Masih, yang dirumah sakit itu kan
cley.?”
“Iya ma, tadi Steven telfon cleo,
terus ngajak makan malam bareng ma.” Jawabku sambil terus melihat diriku di
cermin.
“Baiklah, tapi jangan pulang
lama-lama ya cley.” Ujar mama
“Sip mama sayang.” Sahutku sembari
mencium pipi mama.
Sesampainya ditempat yang kami
janjikan,
“Ada apa ini.? Dimana semua orang ?
Kenapa sepi sekali ?” tanyaku pada Steven.
“I don’t know” jawabnya singkat.
“duduklah.” Lanjutnya.
Aku pun duduk.
Ya, aku tau, ini ‘Candlelight
Dinner’ yang dibuat Steven untukku.
Tapi apa maksudnya, aku masih tak
mengerti.
“Cley,” sahut Steven membuka
pembicaraannya.
“Mungkin kau bertanya-tanya apa
maksud dari semua ini, restoran kosong, hanya kita berdua, dan‘candlelight
dinner’ ini. Kau benar-benar terlihat cantik malam ini.
“to the point.” Ucapku memotong
pembicaraannya.
“Aku menyukaimu. Apakah kau mau
menjadi pacarku.?” Tanyanya tanpa ragu.
“Ya,” ucapku spontan.
“Hah,. Apa-apaan aku ini.” Benakku.
“Thank’s Cley.” Ucapnya sambil
memelukku.
Aku melepaskan pelukkannya dan
berdiri dari tempat dudukku.
“Stev, aku harus pulang, aku takut
mama khawatir”
Aku tak memperdulikan Steven yang
masih berdiri disana yang kulakukan hanyalah pergi meninggalkannya saat itu
juga.
Hari-hari ku lewati dengan Steven di
sisiku. Tapi ada hal yang mengganjal fikiranku, ya, Kevin. Aku masih belum bisa
melupakannya.
Hari ini aku akan menemui Steven, aku memasakkan beberapa makanan
kesukaannya dan merekam suaraku untuk memperdengarkan perasaanku padanya, karna
mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhirku dengannya sebelum akhirnya aku
kembali ke Indonesia lagi. Ya, aku akan pergi ke Kanada besok, aku ingin
tinggal disana untuk beberapa waktu.
Aku lebih memilih untuk berjalan
kaki. Lagipula jarak rumah kami tak terlalu jauh. Saat diperjalanan aku
terkejut dengan apa yang aku lihat.
Right, Steven bersama wanita lain. Aku
hanya menjatuhkan semua bawaanku dan berlari pulang.
Aku mengunci diri dikamar dan
menangis.
Disaat yang bersamaan namun di
tempat yang berbeda, Steven memeriksa bawaanku dan menghidupkan rekamanku. Ya,
dia mendengarkannya.
“Hey, Steven.
I just wanted to say,.
Thank’s for showing me around.
I really had a great time.
And I wish I didn’t have to leave.
But. . I wont forget about you.”
Steven mencoba menemuiku dirumah,
itu yang aku tau dari mama. Tapi Steven terlambat, aku telah memutuskan untuk
pergi ke Kanada hari itu juga.
Aku ingin melupakannya dan semua
kenangan yang mungkin sampai saat ini aku masih mengingatnya.
Mungkin bukan Steven. .
Seseorang yang menurutku jelmaan
dari Kevin ku.
Tapi aku yakin. .
Masih ada Kevin lain diluar sana
yang menungguku.
ceritanya bagus.
BalasHapusjangan lupa mampir balik ya ^_^